Sang Saka Merah Putih " Lebih dari Sekadar Bendera,Melainkan Simbol Nasionalisme dan Kesadaran Bangsa

Sang Saka Merah Putih " Lebih dari Sekadar Bendera,Melainkan Simbol Nasionalisme dan Kesadaran Bangsa

peristiwaterkininews.com,

Surabaya,-Fenomena pengibaran bendera hitam one piece atau topi jerami sebagai bentuk protes akhir akhir ini sebetulnya sah sah saja, tak ada pidana hukum yang bisa menjangkau tindakan tersebut.

Namun sebagai warga negara Indonesia yang memiliki tanggung jawab moral serta etika berbangsa, pengibaran bendera one piece di bulan Agustus ini merupakan bentuk degradasi dalam memperingati kemerdekaan bangsa Indonesia.

Momentum peringatan kemerdekaan ini tidak seharusnya ditutup tutupi oleh simbol simbol lainnya, tidak diciderai dengan tendensi tertentu yang bisa menggerus semangat nasionalisme.

Generasi muda di masa kini sepertinya sudah kebablasan dalam mengekspresikan kebebasan berpendapat. Mereka tidak paham akan letak dan kapan waktu yang tepat menempatkan sebuah media kebebasan berpendapat, apalagi menyandingkannya dengan sang saka merah putih.

Pegiat Sejarah Surabaya Nur Setiawan mengungkapkan,kesakralan merah putih akan ternodai dengan hal yang remeh temeh serta picisan.

“Saya melihat ada upaya terselubung untuk mencabik cabik dan mengoyak makna serta falsafah sang saka merah putih dari dalam oleh kelompok kelompok tertentu,”ungkapnya,Selasa (05/08/2025).

Menurutnya,yang dirusak bukan fisik dari sang saka merah putih melainkan maknanya, sehingga generasi muda di masa mendatang akan melihat panji merah putih sebagai untaian kain yang tak mempunyai arti.

“Generasi muda masa kini atau yang disebut gen Z harusnya berkaca pada peristiwa arek arek Suroboyo 80 tahun silam. 19 September 1945 bendera triwarna milik Belanda harus disobek birunya di puncak oranje hotel karena dianggap mengangkangi kedaulatan negara kesatuan Republik Indonesia,”ujarnya.

Bukan hanya itu,Meneer ploegman sang inisiator pengibaran bendera triwarna tersebut harus meregang nyawa dalam peristiwa yang terjadi di jalan Tunjungan itu. Ribuan massa pemuda dan arek arek Suroboyo marah karena pengibaran bendera Belanda itu dianggap sebagai tindakan yang menghina bangsa Indonesia. Lalu bagaimana dengan generasi di masa sekarang, mampukah menjaga kesakralan sang merah putih atau bahkan memperkosa kesuciannya??.

READ  Tingkatkan Potensi Penerus Bangsa, Organisasi SBPIJ Pemuda Indonesia Kolaborasi Bersama SMP Negeri 58 Surabaya

“Justru saya sangat mendukung ketika ada anak anak muda yang kritis dengan pemerintahannya, tindakan ini harus diberi apresiasi setinggi-tingginya. Seperti Sukarno muda, seperti sukarni, Semaoen, doel arnowo dan kawan kawan,”ucapnya.

Lanjutnya,Tokoh bangsa dulu mengirim surat kepada pemerintah dan menghadap ke volskraad (dewan), hearing dan berdebat menyampaikan seluruh aspirasi serta uneg uneg mengenai kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.

“Mereka membuat pergerakan nasional dengan menulis narasi narasi tajam di surat kabar demi mengkritik pemerintah yang dianggap lalai dan otoriter daripada mengibarkan bendera yang tidak jelas juntrungnya. Generasi jaman sekarang memang harus berani, kritis serta berfikir tajam,”jelasnya.

Tidak mudah dipengaruhi, tidak mudah dihasut bahkan tidak mau dijadikan tunggangan politik oleh kelompok kelompok tertentu. Saya kira tindakan ini lebih gentle daripada menjadi pengecut dengan mengibarkan bendera fiksi yang tidak jelas arah dan tujuannya!!

Nur Setiawan menambahkan,Sang Saka Merah Putih, bendera kebanggaan Republik Indonesia, memiliki sejarah yang kaya dan penuh makna. Warna merah dan putih yang menghiasi bendera ini bukanlah sekadar warna sembarangan, melainkan memiliki filosofi yang mendalam. Merah melambangkan keberanian dan kesucian darah, sementara putih melambangkan kesucian dan kemurnian jiwa.

“Ternyata, warna merah putih telah lama menjadi identik dengan bendera kerajaan di Jawa. Kerajaan Kediri dan Majapahit, dua kerajaan besar yang pernah berjaya di Nusantara, juga menggunakan warna merah putih sebagai simbol kekuatan dan kesucian,”pungkasnya.

(GN)

Apa pendapatmu? Tulis di kolom komentar dengan sopan dan beretika. Jangan lupa bagikan agar semakin banyak yang tahu!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *