Surabaya – Para sedulur pelaku budaya pun akhirnya menggelar aksi orasi kebudayaan di depan pintu masuk area Jokodolog, sebagai wujud aksi santun terhadap aturan yang dibuat oleh juru kunci yang bila mana area tersebut ditutup di malam hari ( 26/05/2023)
Taufik Hidayat menuturkan “Negara harus dengar dan tahu atas aturan pembatasan waktu yang sebelumnya dibuka 24 jam dan kini dibuka hanya sampai pukul 16.00,
Terkait aturan tersebut saya sangat tidak sepakat karena hak menyembah itu adalah hak rakyat
Saya akan tetap berjuang dan memperjuangkan tempat yang dianggap sakral ini agar dibuka 24 jam, karena menurut saya pembatasan ini adalah perampasan hak untuk beribadah.
Karena yang hanya bisa mempersatukan bangsa ini adalah spiritual, yang bisa membuat dinginya hati agar tetap bersatu berbangsa dan berdaulat
Didox yang hadir dalam orasi kebudayaan juga menyampaikan “agar tempat ini bisa dibuka 24 jam, dan kami juga sudah menyampaikan kepada wawali surabaya (Armuji) agar bisa dibuka 24 jam lagi.
Dalam aksi orasi budaya ini kami selaku pelaku budaya tetap selalu santun untuk menyampaikan hal ini, tapi tetap kami tegaskan agar tempat ini agar dibuka kembali 24 jam tanpa pembatasan.
Kami juga menunggu dari para pejabat pemerintah untuk segera menuntaskan masalah ini, karena pergerakan kami ini tanpa pamrih selain untuk kepentingan antar umat beragama dan kerukunan antar umat” pungkasnya
Ketua seduluran kabudayan Mas Anam menambahkan ” Yang lebih kami sayangkan lagi adalah ketika warga tionghoa bisa memegang kunci gembok sendiri – sendiri, artinya bisa kapan pun masuk kelokasi untuk, sementara kita yang asli pendukung budaya jawa malah dibatasi, satu yang kami semua inginkan adalah dapat dibuka kembali 24 jam area Jokodolog sehingga kami bisa merawat bersama – sama. Imbuhnya
Apa pendapatmu? Tulis di kolom komentar dengan sopan dan beretika. Jangan lupa bagikan agar semakin banyak yang tahu!